Ujung Tombak Dakwah ‘Aisyiyah di Teras Utara Negeri

SISIBAIK.ID – Meski tergolong baru, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Kalimantan Utara (Kaltara) terus mengembangkan dakwah di ujung negeri yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga, Malaysia.

“Masalah kemiskinan, perdagangan manusia, masalah sosial pada keluarga TKI, hinggga peredaran narkoba tidak sedikit ditemukan di wilayah ini,” ungkap Mardianah, Ketua PWA Kaltara.

Ia mencontohkan, di kota Tarakan, “Banyak pengedar narkoba yang memanfaatkan anak-anak untuk menjadi kurir pesanan narkoba,” ungkapnya.

Di tengah situasi pelik tersebut, ‘Aisyiyah Kaltara ingin berkontribusi memutus mata rantai kemiskinan yang menjadi penyebab masalah sosial lainnya. Mardianah menyebut antara lain Panti Ruhama ‘Aisyiyah Nunukan dan Panti Asuhan Putri Melati Tarakan menampung anak-anak terlantar yang ditinggal orang tua merantau ke Malaysia.

Selain itu, tambah Mardianah, PWA Kaltara juga turut memfasilitasi pemulangan PSK di Tarakan dan Nunukan karena tidak sedikit keberadaan PSK tersebut akibat korban perdagangan orang ke negara tetangga lantas menjadi PSK di Nunukan dan Tarakan.

Menurut informasi Mardianah, kebanyakan korban perdagangan orang merupakan masyarakat miskin sehingga menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya. Dalam melakukan pendampingan pada para korban tersebut, PWA Kaltara bekerjasama dengan memberikan pelatihan pemberdayaan ekonomi seperti membuat abon ikan dan memberikan bantuan alat untuk membuat abon ikan.

Masalah kemiskinan menjadi keprihatinan tersendiri bagi ‘Aisyiyah, “Kefakiran dapat membawa orang kepada kekufuran,” kata Mardianah.

Dalam melaksanakan program, Mardianah menjelaskan, PWA Kaltara banyak bekerjasama dengan berbagai pihak, baik pemerintah maupun organisasi sosial lainnya.

Dalam waktu dekat ini, ia mencontohkan ‘Aisyiyah Kaltara dan Tarakan bermitra dengan pemerintah mengadakan kegiatan pelatihan ekonomi guna memberi bekal pada masyarakat agar keluar dari permasalahan kemiskinan.

Di Kaltara kini terdapat lima Pimpinan daerah ‘Aisyiyah (PDA), 11 Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (PCA), dan 12 Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA). Jumlah PDA tersebut meningkat dari saat awal berdiri dengan tiga PDA, yaitu PDA Tarakan, PDA Bulungan dan PDA Nunukan.

Kini PDA baru telah terbentuk di Malinau dan Tana Tidung. Meski demikian, dalam dakwah ‘Aisyiyah mengatasi problem tersebut seringkali terkendala keterbatasan kader ‘Aisiyah dan kondisi geografis untuk menjangkau seluruh daerah di Kaltara.

“Jarak antar daerah dibatasi oleh laut, jadi untuk menuju suatu daerah harus menggunakan speed boat,” ujar Mardianah.

Namun, keterbatasan kader dalam pandangan Mardianah tak menyurutkan semangat dan langkah dakwah ‘Aisyiyah. “Buktinya ‘Aisiyah bisa berdakwah di daerah-daerah yang belum tersentuh,” terangnya.

Ia menyebut beberapa program ‘Aisyiyah lain seperti mendirikan beberapa rumah baca, di antaranya dengan Kampung Literasi ‘Aisyiyah di Daerah Kampong Satu Skip kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan, Rumah Baca ceria di Daerah Juata Kecamatan Tarakan Utara, Kota Tarakan, Rumah Baca di Sebatik Kabupaten Nunukan, dan Rumah Baca ‘Aisyiyah di Desa Gunung Sari km 10 Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan.

Diakui Mardianah, Kaltara membutuhkan pula program Mubaligh Hijrah bagi daerah Kecamatan Lumbis Ogong Nunukan yang memiliki banyak mualaf dari Suku Dayak Agabag, demikian pula di dua PDA yang baru terbentuk, yaitu Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung perlu dukungan para kader mubaligh atau mubalig hijrah yang dapat berdakwah secara luas termasuk mengembangkan amal usaha.***

Sumber: Suara ‘Aisyiah