Vaksin Corona Anak Bangsa Menuju Produksi Masal

SISIBAIK.ID – Beberapa waktu lalu, Moderna, perusahaan bioteknologi di Massachusetts, AS, menyampaikan kabar baik pada jagat publik. Uji coba atas vaksin corona (Covid-19) yang mereka lakukan dinyatakan manjur dan tidak berefek samping serius.

Hasil uji klinis fase I perusahaan yang pertama melakukan uji coba vaksin corona pada manusia itu dipublikasikan sekitar medio Mei 2020. Vaksin yang dinamai mRNA-1273 itu, dalam jurnal New England Journal of Medicine, disebutkan terbukti mampu menghasilkan antibodi.

Khususnya bagi publik tanah air, kehadiran bakal vaksin corona besutan perusahaan AS itu boleh dikata bak keping mata uang. Di satu sisi, hal itu tentu sangat menggembirakan, mengingat virus SARS COV-2 tergolong berbahaya.

Namun di sisi lainnya, kita tentu tidak bisa menutup mata pada kondisi dalam negeri Amerika sendiri. Tingginya keterpaparan di negeri Paman Sam itu, sebagaimana dimuat dalam laman Johns Hopkins yang intens memantau perkembangan Covid-19 di dunia, tercatat di angka 3.563.848. Tentunya itu sekaligus mencerminkan tingginya kebutuhan atas vaksin dan temuan medis terkait lainnya.

Itulah sebabnya, informasi tentang rencana uji klinis fase III bakal vaksin corona yang dikembangkan perusahaan farmasi asal Tiongkok, SinoVac, tak pelak memunculkan harapan baru. Apalagi, perusahaan yang berkedudukan di Beijing itu, rencananya bakal melakukan uji klinis fase III di Indonesia, pada Agustus 2020.

Menggandeng sejumlah pihak di Tanah Air, yakni Bio Farma dan Pusat Uji Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, uji klinis fase III itu akan mengambil sampel dari 1.620 subjek, dalam rentang usia antara 18-59 tahun. Jika proses pengujian itu berjalan sesuai harapan, maka rencananya Bio Farma melakukan produksi pada Q1 2021 dengan kapasitas produksi maksimal sebanyak 250 juta dosis.

Bahan uji klinis fase III vaksin corona SinoVac yang rencananya akan dinamai CoronaVac itu sendiri telah tiba di Indonesia pada Minggu (19/7/2020), dan langsung ditempatkan di sebuah lokasi khusus di PT Bio Farma (Persero).

Terkait harapan akan hadirnya vaksin Covid-19, Holding BUMN farmasi itu memperkirakan harga jual vaksin Covid-19 akan berkisar antara USD5-USD10 atau setara dengan Rp73.000-Rp146.000 (dengan asumsi kurs Rp14.600/USD) per dosisnya ketika sudah dilempar ke pasar.

Disampaikan Corporate Secretary Bio Farma Bambang Heriyanto, perusahaan memperkirakan dosis konsumsi vaksin ini sebanyak dua dosis untuk sekali konsumsi. Namun, penentuan dosis itupun masih bergantung pada hasil uji klinis fase III.

Sementara itu ihwal distribusi vaksin, Bambang menyebut akan menggunakan jalur distribusi Bio Farma. Walau tidak tertutup kemungkinan, sambung dia, distribusi juga akan dilakukan anak usahanya, yakni PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang memiliki jalur distribusi lebih luas di dalam negeri.

Terkait produksi vaksin, Bio Farma sendiri merupakan perusahaan farmasi dengan kompetensi yang diakui dunia. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pun memercayai Bio Farma untuk memproduksi sejumlah vaksin.

Bukan Dadakan

Sebagai sebuah perusahaan, Sinovac Biotech Ltd selama ini memang fokus pada penelitian, pengembangan, pembuatan, dan komersialisasi vaksin untuk penyakit menular terhadap manusia. Tercatat selama ini, SinoVac telah memproduksi sejumlah vaksin komersial, di antaranya Healive (hepatitis A), Bilive (gabungan hepatitis A dan B), Anflu (influenza), Panflu (H5N1), dan PANFLU.1 (H1N1).

Sebagai sebuah perusahaan yang mumpuni, langkah SinoVac mengembangkan vaksin Covid-19 sebenarnya telah dimulai sejak pandemi terjadi, yakni sejak pada 28 Januari 2020. Uji praklinik vaksin tersebut juga sudah diterbitkan di jurnal akademi peer review Science.

Pada 13 April 2020, National Medical Products Administration (NMPA), yang merupakan Badan Pengawas Obat dan Makanan Tiongkok, memberikan izin untuk melakukan uji klinik fase I dan II. Menyusul itu, uji coba pun dilakukan pada 16 April 2020 di Provinsi Jiangsu, Tiongkok.

Ketika itu, pengujian dilakukan terhadap orang dewasa yang teridentifikasi sehat dengan rentang usia 18-59 tahun. Adapun jadwal pemberian vaksin adalah hari ke-0 dan hari ke-14. Hasil pengujian juga telah dilaporkan, di antaranya tidak mengakibatkan efek samping yang serius terhadap 743 relawan yang dilibatkan.

Pada fase II, relawan diamati lagi dalam 14 hari setelah 2 kali divaksin pada hari ke-0 dan hari ke-14. Di fase ini, ada manula, remaja, dan juga anak-anak. Riset tersebut masih dalam pemantauan sampai akhir 2020.

Mitra Internasional

Rupanya, tak hanya Indonesia yang memperoleh kesempatan untuk menguji klinis fase III bakal vaksin CoronaVac. Bersama Brazil, uji klinis besar-besaran juga akan dilakukan SinoVac dengan mengandeng Instituto Butantan, salah satu perusahaan farmasi papan atas di Negeri Samba tersebut. Langkah itu ditempuh menyusul adanya izin dari Badan Regulasi Kesehatan Brasil (ANVISA), pada Jumat (3/7/2020).

Dalam prosesi itu, rencananya akan dilibatkan 9.000 relawan uji klinis fase III. Hal itu tidaklah mengherankan, pasalnya kini Brazil tercatat berada di urutan kedua keterpaparan SARS COV-2 di dunia. Angka per hari ini di laman https://coronavirus.jhu.edu/map.html menunjukkan sebanyak 2.012.151 orang terinfeksi di negara dengan populasi 204,5 juta yang tersebar di wilayah seluas 8,4 juta km2 (4,2 kali daratan Indonesia).

SinoVac juga dikabarkan hendak melakukan uji klinis serupa di Bangladesh dengan melibatkan 4.200 relawan. Rencana itu mengemuka setelah Bangladesh Medical Research Council (BMRC) disebutkan memberi lampu hijau bagi pelaksanaan pengembangan vaksin tersebut.

Di negeri dengan keterjangkitan virus corona sebanyak 196.323 itu dan angka kematian 2.668 korban itu, uji klinis rencananya dilakukan oleh Pusat Penelitian Penyakit Diarrheal Internasional di Bangladesh (ICDDR, B), pada Agustus 2020, dan digelar di tujuh rumah sakit khusus COVID-19 yang terletak di Dhaka, Ibu Kota Bangladesh.

Sumber: Indonesia.go.id