Nasi Jagung, Tumpuan Nyami Bertahan di Masa Pandei

SisiBaik.ID – Sepeda ontel usang masih menjadi sarana transportasi bagi Nyami (50) untuk menjajakan nasi jagung keliling desa.

Janda dengan lima anak dan dua cucu itu masih kelihatan enerjik. Berusaha dan bertahan di masa pandemi Covid-19 untuk menopang ekonomi keluarganya.

Warga desa Pelem, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora itu mengaku berjualan nasi jagung, kudapan (urap), ikan asin campur cabai hijau dan aneka makanan lainnya sudah lebih dari 20 tahun sejak menikah hingga suaminya meninggal dunia karena sakit pada 17 tahun lalu.

“Mau bagaimana lagi, meskipun hasilnya tidak seberapa bagi orang yang mampu, tapi bagi saya sangat berharga sekali,” kata Nyami, Senin (15/2/2021) sore.

Beban hidupnya pun makin terasa berat sejak suaminya meninggal. Dirinya harus berperan ganda, sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarga, mencari nafkah bagi kelima anaknya yang masih kecil saat itu.

“Saya ikhlas. Sudah takdir dari Tuhan. Tapi saya tidak menyerah demi anak-anak, sekarang sudah dewasa, bahkan saya sudah punya dua cucu,” ujarnya.

Hampir tiap sore, Nyami membawa keranjang, keliling naik sepeda ontel. Suaranya nyaring dan keras menawarkan dagangannya. “Sego jagung, urapan,” ucapnya keras hingga memikat pembeli.

Ia mengaku tiap hari membutuhkan jagung kering lebih kurang 3 kg dengan kualitas yang bagus untuk dibuat nasi.

Setelah diolah dan dimasak, nasi jagung itu kemudian dibungkus ke dalam kantong plastik.

“Tiap hari tiga kilo jagung. Targetnya ya harus laku, makanya saya sering keras kalau menawarkan keliling,” kata Nyami.

Tidak hanya nasi jagung yang dijual. “Untuk lauk makan nasi jagung saya sediakan urap daun pepaya, botok dan ikan asin, tahu goreng. Kemudian ada sayur asam lompong,” terangnya.

Selain itu dijual juga aneka jajanan tradisional seperti cenil, grontol jagung dan tiwul. Harganya terjangkau, nasi jagung Rp2.000 per bungkus.

Sedangkan urap daun pepaya dan ikan asin pedas serta aneka makanan lainnya Rp1.000 per bungkus. “Kalau sayur Rp2.500,00 per bungkus,” ucapnya.

Pada masa pandemi Covid-19, bagi Nyami bukan menjadi penghalang untuk berjualan, meski pada awalnya sempat libur beberapa hari.

Setiap sore, sekitar pukul 15.00 Wib, dirinya mulai berkeliling kampung hingga menjelang magrib baru pulang. “Alhamdulillah, jualan saya laku, banyak pembeli yang suka nasi jagung untuk selingan makan nasi beras,” tambahnya.

Sebagai warga yang patuh anjuran pemeritah, Nyami juga disiplin protokol kesehatan. “Pakai masker itu jelas, itu kan aturan dari pemerintah. Cuci tangan pakai sabun dengan air, semuanya saya ikuti,” kata dia.

Ia pun merasa sangat bersyukur ketika pemerintah desa Pelem beberapa tahun lalu membangun rumahnya hingga kini layak ditempati. “Saya bersyukur dan berterimakasih sekali,” ucapnya.

Nyami juga berharap dan berdoa supaya pandemi Covid-19 segera sirna sehingga cucu dan anak-anak sekitar bisa kembali masuk sekolah.

Sementara itu Eny, salah seorang warga desa Kamolan mengaku suka makan nasi jagung buatan Nyami. “Saya suka. Gurih, empuk, murah dan kenyang,” ujarnya. (MC Kab. Blora/Teguh/toeb).