Patriot Desa, Penggerak Ekonomi Desa

SisiBaik.ID – Asep Saepul Alim, alumni Unpad alias Universitas Padjadjaran dari Fakultas Ilmu Komunikasi mengikuti program Patriot Desa Jawa Barat. Patriot Desa Jawa Barat sendiri memiliki tujuan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat, kehidupan sosial budaya, pengembangan partisipasi, dan keswadayaan masyarakat.

Sebelum terjun langsung ke desa, peserta patriot desa diberikan pembekalan terlebih dahulu. “Kalau terkait persyaratan untuk pendaftaran tak ada yang susah. Tahapan pendaftarannya yang pertama itu kita ngisi administrasi sama bikin essay tentang desa, terus wawancara sama menulis essay lagi barengan. Setelah itu MCU, keterima,” ujar Asep pada Ketik Unpad.

Dalam persiapan ke lapangan, sambung Asep, para Patriot Desa dilatih selama 45 hari di Panaruban. Semua ilmu-ilmu tentang perdesaan dipelajari di sana.

Menurutnya terdapat tiga program yang akan dijalankan oleh patriot desa. Program tersebut nantinya akan dilaksanakan selama satu tahun kedepan. 

“Kalau dari provinsi ada tiga yaitu program digitalisasi desa (desa digital), gerbang desa, sama One Village One Company (OVOC). Aku batch ketiga, pengabdiannya selama setahun kedepan. kami baru diturunkan ke lapangan,” ujarnya.

Asep mengatakan, sejauh ini belum menemukan kendala yang siginifikan terkait pengabdiannya tersebut karena saat ini ia masih pada tahap sosialisasi.

Berbeda dengan Asep, Dedi Junaedi alumni Fakuktas Ilmu Budaya memaparkan pengalamannya mengenai program Patriot Desa yang lebih dulu mengikuti program tersebut. 

“Program Patriot Desa ini per desanya terdiri dari dua orang. Program yang telah saya laksanakan itu secara garis besarnya pertama itu mendirikan badan usaha milik desa,” katanya.

Karena program Patriot Desa batch pertama itu lebih ditekankan ke OVOC. Jadi di mana satu desa itu harus ada satu perusahaan. “Nah perusahaannya itu sendiri Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) yang mewadahi ekonomi masyarakat yang ada di desa,” tutur Dedi, yang mendapatkan tugas di Subang.

Selain itu, sambungnya, membuat tiga unit usaha. “Pertama pengelolaan sampah, jadi sampahnya kita ambil dari masyarakat dan kita beli, itu sebagai bisnis sosial. Selain itu ada fotokopi juga, karena desa kami jauh dari kota jadi kami berinisiatif untuk membuka jasa fotokopi dan akhirnya berguna,” imbuhnya.

Kemudian yang terakhir itu beras Cibalandong, jadi Dedi mengatakan bahwa ia dan partner satu desanya membuat brand sendiri yang dinamakan “Cibalandong.”

“Di mana omsetnya itu sekarang udah puluhan juta dan pasarnya itu Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) itu dari kemensos dan kita memasok di kecamatan Cibogo.Terus kita juga memasok ke beberapa kios, salah satunya itu kujang mas di Cimahi. Jadi lumayan sih di beras itu tuh,” ungkap Dedi.

Selain itu, dari program tersebut juga para Patriot Desa menjadi relawan Covid-19. “Kita membantu baik di lapangan maupun non-lapangan dalam artian membantu penyaluran bantuan yang diberikan pemerintah,” imbuhnya.

Dedi juga mengatakan bahwa ia dan rekannya mengahadapi beberapa hambatan seperti dari segi kekompakan masyarakat.  “Gimana kita dalam membangun bisnis sosial itu harus ada kolaborasi dari semua masyarakat. Jujur yang paling utamanya itu sih, gimana menyatukan dua masyarakat dalam satu tujuan gitu,” ujar alumni Unpad ini.

“Lalu akses, jadi di desa yang kami tempati itu jalannya jelek dan juga jadi pembangunan waduk Sadawarna jadi desa ini akan tenggelam, sehingga akses di desa ini tuh tidak terlalu diperhatikan di sini. Dari segi jaringan juga sama, ada satu dusun yang susah signal membuat kami susah untuk ke dusun tersebut. Jadi geraknya itu ya terhambat oleh itu tadi,” imbuhnya.

Menurut Dedi, saat ini ia sedang fokus pada perizinin edar beras. “Menempuh izin dari beras tersebut (nomor Kementerian Pertanian) itu susah banget. Kami sudah melaksanakan surveinya, namanya tuh nomor izin registrasi Pangan Segar Asal Tanam (PSAT) itu khusus beras harus punya, kalau dalam makanan itu BPOM-nya dan udah termasuk juga PIRT.”

“Itu penting sekali agar beras kami diakui secara nasional, kemarin juga sudah survei dari Dinas Ketahanan Pangan Jawa Barat, udah kami laksanain, semoga bulan depan nomor izinnya itu udah keluar,” pungkas Dedi.