Diplomasi Lingkungan Hidup Upaya Indonesia Perangi Kerusakan Lingkungan

SisiBaik.ID – Indonesia berkomitmen melakukan diplomasi lingkungan hidup guna berkontribusi secara aktif dalam pencapaian agenda pembangunan berkelanjutan pada 2030. Peran aktif dan kontribusi nyata dari diplomasi lingkungan hidup Indonesia telah diakui oleh dunia internasional.

Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI Febrian A. Ruddyard mengatakan, Indonesia memiliki prioritas dan komitmen untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan.

“Indonesia is leading by example. Dalam diplomasi lingkungan hidup, Indonesia tidak hanya beretorika, tapi kita tunjukkan langkah konkret,” ujar Febrian saat menjadi pembicara kunci pada Webinar “Refleksi Pola Ilmiah Pokok Unpad dalam Transformasi Menuju Hybrid University” secara virtual, Kamis (2/9).

Langkah konkret yang dilakukan Indonesia diwujudkan melalui kebijakan, pedoman, perangkat, dan aksi nyata. Upaya ini yang menjadikan kontribusi Indonesia diakui dunia intrenasional, baik oleh negara maupun organisasi.

Alumnus FISIP Unpad tersebut mengatakan, berkat aksi nyata diplomasi lingkungan hidup ini, Indonesia telah menjadi mitra banyak pihak dalam berbagai forum lingkungan hidup. Selain itu, Indonesia juga terus menyuarakan agar forum internasional terkait lingkungan hidup tidak hanya terfokus pada aspek komitmen semata.

“Lebih dari itu, kita ingin agar forum tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai mechanism review dan lesson learn untuk mengetahui sejauh mana efektivitias komitmen itu dilaksanakan,” ujar Febrian.

Lebih lanjut Febrian menjelaskan, salah satu contoh nyata diplomasi lingkungan hidup yang dilakukan Indonesia adalah mengenai isu deforestasi dan penanganan kebakaran hutan. Sejak 2019, Presiden Jokowi telah mengeluarkan keputusan yang secara permanen menahan penerbitan izin penebangan dan pemanfaatan lahan gambut.

Kebijakan ini menghasilkan efek positif terhadap pengelolaan kelestarian hutan primer dan lahan gambut seluas 66,3 juta hektar. Laju deforestasi Indonesia dinilai paling rendah dalam 20 tahun terakhir. Selain itu, Indonesia juga berhasil menurunkan kebakaran hutan sebesar 82 persen.

Upaya lainnya adalah menjadi contoh peningkatan kesadaran pelestarian keanekaragaman hayati, pelarangan penangkapan ikan secara ilegal, hingga penetapan berbagai jenis satwa dan tumbuhan yang dilindungi.

“Capaian tersebut sangat signifikan dalam mengatasi hilangnya biodiversitas. Tidak hanya di tataran nasional, tetapi juga di lingkup global,” kata Febrian.

Febrian mengungkapkan, hilangnya biodiversitas bukan sekadar punahnya suatu spesies. Berkurangnya jumlah genetik, ekosistem, dan keanekaragaman lanskap juga merupakan bagian dari hilangnya biodiversitas.

Karena itu, kebijakan di sektor keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan harus saling terkait. “Kolaborasi pemikiran dan tindakan dari seluruh masyarakat Indonesia, maka misi dan visi tersebut akan tercapai. Kita dukung dengan implementasi praktis di lapangan,” pungkas Febrian.

Webinar ini digelar dalam rangka Dies Natalis ke-64 Unpad. Selain Febrian, webinar juga menghadirkan pembicara kunci Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian RI Mushdalifah Machmud.

Webinar juga menghadirkan sejumlah panelis yaitu: Dekan FH Unpad Dr. Idris, M.A., Dekan Fapet Unpad Dr. Rahmat Hidayat,M.Si., IPM, Dekan FPIK Unpad Dr. Sc. Agr. Yudi Nurul Ihsan, M.Si., Staf Ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tasdiyanto Rohadi, serta Komisaris Independen PTPN VIII Adrian Zakhary.*