Kafe Kartini Temanggung, Berdayakan Penyandang Disabilitas Intelektual

SISIBAIK.ID – Asa besar diusung oleh Iswuryanti Rahayu dan Kafe Kartini yang dia kelola. Kedai kopi ini sengaja merangkul para penyandang disabilitas intelektual untuk bekerja di kafe yang berada di Kompleks Sentra Terpadu milik Balai Besar Disabilitas Kartini Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Uniknya, kafe ini pun tak pernah sepi peminat sejak dibuka pada 2021. Buka dari pukul 07.30 WIB sampai 22.00 WIB setiap harinya, pengunjung kafe dapat memilih beragam menu makanan dan minuman yang kekinian. Sebut saja kopi expresso, manual brew, special iced coffee, dan frappe yang dibanderol mulai Rp10.000 hingga Rp17.000 per porsi.

Kemudian ada juga powder bassed iced hingga mojito iced yang dijual mulai Rp12.000 hingga Rp15.000-an per gelas. Lantas jus aneka buah hingga minuman tradisional jamu dengan kisaran Rp6.000 sampai Rp 15.000 per gelas.

Bagi yang ingin ngemil, Kafe Kartini juga menyediakan aneka camilan seperti pisang katsu, bubur ketan hitam, ropang cokelat, singkong mawut, burger, hingga mendoan yang dijual antara Rp8.000 sampai Rp22.000 saja per porsi.

Dilatih Usaha Mandiri

Tak hanya bekerja sebagai pekerja, di kafe ini bahkan penyandang disabilitas intelektual juga didorong untuk belajar membuka usaha mandiri.

Iswuryanti Rahayu mengatakan, sebagian besar karyawan yang bekerja di tempat ini adalah kaum penyandang disabilitas intelektual yang sengaja diberdayakan untuk memperoleh pemasukan. Iswuryanti juga membawa misi besar untuk kesetaraan status sosial dengan memaksimalkan seluruh skill yang dimiliki kelompok disabilitas intelektual ini.

“Kalau yang memegang menu utama, seperti yang memasak dan meracik kopi, memang mereka yang ahli di bidangnya. Namun, khusus bagian lain, seperti asisten cook, pramusaji alias waiter dan waitress, dikerjakan langsung oleh anak-anak kami yang mengalami disabilitas intelektual,” jelasnya, dikutip dari laman pemprov Jateng.

Plus minus

Ia menyebutkan, terdapat poin plus dan minus dalam mengampu para karyawan, yang berstatus sebagai penyandang disabilitas. Kelebihannya, mereka memiliki etos kerja yang jauh lebih tinggi dibanding karyawan lain pada umumnya. Semangat mereka dalam mengais rezeki diklaim lebih membara.

Akan tetapi, terdapat juga kekurangan. Khususnya, minimnya fokus konsentrasi saat menyajikan hidangan ke masing-masing meja pengunjung.

“Semangat mereka luar biasa. Mungkin karena ada perasaan senasib dengan karyawan lain sesama penyandang disabilitas. Meski demikian, kami terus melakukan bimbingan ekstra, seperti keterampilan pelayanan atau hospitality, karena memang mereka memiliki kelemahan di sektor konsentrasi. Tetapi, memang itu tujuan kami memberdayakan mereka agar memiliki kesetaraan sosial, sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan yang memang cukup sempit bagi kalangannya,” pungkasnya.