Mengapa Siswa Difabel Harus Masuk SLB?

SISIBAIK.ID – Disability royal commission di Australia memperkirakan 10 persen siswa sekolah (berusia 5-18) di Australia memiliki disabilitas, meskipun jumlah ini jauh lebih tinggi di beberapa negara bagian. Sebagian besar siswa ini (89 persen) bersekolah di sekolah umum, tetapi semakin banyak siswa penyandang disabilitas dan keluarganya memilih sekolah luar biasa (SLB).

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih baik belajar di sekolah umum yang inklusif. Jadi mengapa lebih banyak siswa yang terdaftar di sekolah khusus dan apa yang bisa kita lakukan?

Secara internasional, setiap anak berhak atas pendidikan. Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas, di mana Australia adalah salah satu penandatangan pertama, mengatakan anak-anak penyandang disabilitas tidak boleh dikecualikan dari pendidikan gratis dan wajib atas dasar disabilitas.

“Akibatnya, sistem pendidikan perlu memikirkan apa arti inklusi, dan bagaimana mencapainya,” kata Catherine Smith, seorang dosen pendidikan di The University of Melbourne, dilansir dari The Conversation.

Istilah “inklusi” pertama kali diadvokasi secara universal untuk siswa penyandang disabilitas dalam Pernyataan Salamanca UNESCO 1994. Ini mengatakan integrasi anak-anak penyandang cacat dapat dimungkinkan melalui sekolah umum yang inklusif.

Berbagai ketentuan hukum di Australia, misalnya Undang-Undang Diskriminasi Disabilitas, Undang-Undang Pendidikan dan Standar Disabilitas untuk Pendidikan bertujuan untuk memasukkan siswa dengan disabilitas intelektual, fisik, sensorik atau belajar yang didiagnosis ke dalam kelas umum.

Namun, secara nasional tidak ada definisi yang disepakati tentang pendidikan inklusif dan tidak ada undang- undang di seluruh negeri yang mengamanatkannya.

Mengapa masih ada sekolah khusus?

Menurut Catherine, sekolah luar biasa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa penyandang disabilitas dengan memberikan dukungan dan penyesuaian dari ruang kelas umum.

Pakar pendidikan berpendapat sekolah khusus adalah bentuk segregasi dan bertentangan dengan hak asasi siswa. Namun, beberapa pemerintah negara bagian Australia terus mempromosikan sekolah luar biasa di samping sekolah umum dengan alasan sekolah umum memenuhi syarat “inklusi” dalam pembelajaran.

Beberapa orang tua juga merasa tidak punya pilihan selain memasukkan anaknya ke sekolah luar biasa. Disability royal commission menyebutkan contoh kisah “Isabella”, seorang ibu Australia Selatan yang putranya “Emerson” menderita autisme. Emerson melalui 18 bulan pertama sekolahnya di sekolah umum.

“Beberapa sekolah umum disebut menolak anak-anak penyandang disabilitas dan seolah-olah membuat mereka merasa tidak diinginkan, atau memperjelas bahwa mereka tidak dapat memberikan fasilitas yang memadai. Siswa penyandang disabilitas juga menghadapi tingkat intimidasi dan risiko dikeluarkan dari sekolah dengan tingkat yang lebih tinggi,” ujar Catherine.

Belum lagi masalah kompetensi guru, karena seperti diketahui guru untuk penyandang disabilitas atau pun shadow teacher harus memiliki pelatihan khusus yang memadai.

Penelitian menunjukkan hanya 38 persen guru Australia yang merasa siap untuk mengajar siswa penyandang disabilitas.

Lebih baik di sekolah umum?

Bukti menunjukkan bahwa siswa penyandang disabilitas lebih baik berada di dalam lingkungan sekolah umum. Hal ini akan mengembangkan keterampilan akademik yang lebih kuat.

Misalnya, keterampilan bahasa anak prasekolah penyandang disabilitas meningkat ketika mereka dapat berinteraksi dengan teman sebayanya yang tidak memiliki disabilitas di kelas yang sama.

Siswa penyandang disabilitas yang bersekolah di sekolah umum juga, kata Catherine, lebih mungkin untuk mengikuti pendidikan tinggi, bekerja dan hidup mandiri. Menurut sebuah tinjauan penelitian, siswa di sekolah umum juga cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih baik.

“Perlunya rekomendasi agar siswa penyandang disabilitas memiliki dukungan untuk dididik bersama rekan-rekan mereka yang tidak menyandang disabilitas. Hal ini juga perlu didukung oleh pemerintah dan negara serta pihak sekolah,” ujar Catherine.

Hal berarti memastikan keahlian guru di sekolah luar biasa dipindahkan dan diperluas di sekolah umum, lanjut Catherine.

“Sementara itu, kita juga perlu memastikan siswa penyandang disabilitas menjalin dan memelihara persahabatan yang akan membantu mereka di dalam kelas dan mendukung mereka,” pungkasnya.

Sumber: Liputan6.com