Selamat Hari Kucing Sedunia! Pelihara Kucing Ternyata “Obat” Bagi Anak Penyandang Autisme

SISIBAIK.ID – Hari ini menjadi hari yang spesial bagi kucing-kucing di seluruh pelosok bumi. Karena, setiap tanggal 8 Agustus diperingati sebagai International Cat Day atau Hari Kucing Sedunia.

Peringatan Hari Kucing Sedunia ini dilakukan untuk memberi penghormatan pada salah satu hewan peliharaan paling populer di dunia.

Kucing memiliki sejarah panjang sebagai hewan peliharaan yang  bisa meningkatkan suasana hati pemiliknya. Ternyata hal itu juga berlaku bagi anak-anak dengan spektrum autisme, seperti yang ditunjukkan dalam sebuah penelitian terbaru. 

Sebuah riset kecil menunjukkan, mengadopsi kucing ternyata dapat menjadi semacam “obat” yang membantu mengurangi kecemasan, dan meningkatkan empati pada anak-anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD).

Gangguan ASD adalah kondisi yang berhubungan dengan adanya gangguan perkembangan otak pada bagian interaksi sosial dan komunikasi.

“Kucing dan hewan pendamping pada umumnya, menawarkan penerimaan tanpa syarat dan menjadi teman untuk diajak bicara yang mendengarkan. Merawat hewan ini juga dapat membantu tanggung jawab pembelajaran,” kata penulis studi Gretchen Carlisle.

Carlisle adalah ilmuwan di Pusat Penelitian Interaksi Manusia-Hewan di Universitas Missouri, di Columbia, Amerika Serikat.

Disebutkan, dalam penelitian ini ada 11 keluarga yang  memiliki anak autis antara usia 6-14 tahun yang menjadi responden. Keluarga tersebut ikut dalam fase penelitian yang berlangsung selama 18 minggu, setelah mengadopsi kucing dari penampungan.

Para peneliti menggunakan keterampilan sosial standar dan skala kecemasan untuk memilih anak-anak yang cenderung merespons hewan peliharaan dengan baik. Kucing-kucing yang ikut dalam penelitian ini pun sudah melewati tahap pengujian temperamen. 

Ikatan emosional antara anak dan kucing

Secara keseluruhan, orangtua dalam penelitian ini melaporkan adanya ikatan instan antara anak dan kucing. Ikatan tersebut kian kuat dari waktu ke waktu, bahkan diikuti dengan indikasi pertambahan tanggung jawab merawat dari si anak.

Para peneliti juga memperlihatkan bagaimana memelihara kucing bisa memicu tumbuhnya lebih banyak tanda empati dari si anak. Tak hanya itu, di ujung penelitian, sebagian besar keluarga yang menjadi responden lalu memutuskan untuk benar-benar memelihara kucing.

Penemuan baru ini dipublikasikan secara online di Journal of Pediatric Nursing. Carlisle mengatakan, pada dasarnya kucing bukanlah pilihan yang lebih baik daripada anjing. Namun secara karakter, kucing sangat cocok untuk beberapa anak autis dan juga keluarganya.

“Banyak anak autis memiliki masalah sensorik, dan saat anjing menggonggong di depan wajah hal itu bisa membuat kewalahan. Sedangkan kucing hanya duduk di samping, dan kurang memberikan masalah dari sudut pandang sensorik,” kata dia.

Kucing juga bisa lebih mudah dirawat, terutama oleh orangtua dari anak autis yang mungkin sudah kewalahan dan bahkan stres dengan anak mereka. Namun, di atas semua itu, kecocokan merupakan kunci yang paling utama. 

“Kami secara khusus memilih kucing berusia 10 bulan hingga empat tahun,” sebut dia. 

Sebab, sebelumnya ada penelitian yang menyebut kucing lebih muda akan lebih bersosialisasi dengan anak autis.

Sejumlah ahli autisme pun sepakat, mengadopsi hewan peliharaan dapat bermanfaat bagi anak autis dan keluarganya, selama mereka tahu apa yang mereka hadapi.

“Meskipun penelitian ini kecil dan masih bersifat pendahuluan, namun ini adalah temuan yang menjanjikan yang mencerminkan apa yang saya lihat dalam praktik,” kata Dr. Melissa Nishawala, Direktur Program Penelitian dan Klinis Gangguan Spektrum Autisme di Rumah Sakit Anak Hassenfeld di NYU Langone Health di New York City.

“Ini adalah studi tentang hewan peliharaan atau hewan pendamping sebagai kebalikan dari hewan penolong atau terapi. Jadi ini adalah sesuatu yang dapat dikejar oleh setiap keluarga, sekaligus memberikan peta tentang bagaimana melakukannya dengan baik untuk keluarga yang tertarik,” papar Melissa.

Membantu mengajar anak-anak autisme dengan tanggung jawab

James McPartland, Direktur Klinik Disabilitas Perkembangan Yale di New Haven, Connecticut pun setuju dengan pandangan tersebut. Dia mengatakan, hewan peliharaan memang dapat menenangkan dan membantu mengajar anak-anak autisme dengan tanggung jawab.

“Memeroleh hewan peliharaan adalah tanggung jawab besar, dan ada banyak orang yang mungkin merasa itu tanggung jawab lebih dari yang mereka inginkan,” tambah dia.

“Jadi, penting untuk memikirkan apa yang realistis untuk keluarga, sebelum mengadopsi hewan peliharaan,” cetus dia.

Tom Frazier, Kepala staf sains untuk kelompok advokasi Autism Speaks, ikut angkat bicara. Dia mengatakan, keluarga harus mempertimbangkan berapa banyak waktu dan energi yang mereka miliki untuk merawat hewan peliharaan. Tak lupa pula kemampuan dan keinginan anak mereka untuk menjadi bagian dari itu.